Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

Institusi yang baik

Wakil Presiden Boediono menulis artikel bagus berjudul Pendidikan Kunci Pembangunan yang dimuat di harian Kompas, 27 Agustus 2012. Ia membuka tulisannya dengan pendapat bahwa kita belum punya konsep pendidikan yang jelas. Karena itu yang muncul adalah kecenderungan untuk memasukkan apa saja yang dianggap penting ke dalam kurikulum, memberi beban berlebihan kepada anak didik, dan tidak pernah menyadari bahwa “ada satu hal penting yang ‘hilang’, yaitu tentang ‘apa’ yang seyogianya diajarkan untuk menyiapkan manusia-manusia Indonesia yang mampu berkontribusi maksimal bagi kemajuan bangsanya.”

Tulisan tersebut membicarakan aspek-aspek penting yang menopang kemajuan bangsa, menyarikan hasil riset mutakhir yang menyebutkan bahwa kualitas institusi adalah penentu kemajuan, dan apa saja yang perlu dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan. Respons setelah kemunculan tulisan itu lebih menarik lagi. Wakil Mendikbud bidang Pendidikan Musliar Kasim segera mengeluarkan penilaian bahwa pendidikan Indonesia sudah sangat membosankan. Penilaian itu agak ganjil karena disampaikan oleh wakil menteri pendidikan, pihak yang paling bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan yang berhasil. Anda bisa bilang, ia sedang menunjuk hidungnya sendiri.

Kualitas Pendidikan


Pro dan kontra pelaksanaan UN yang diwarnai beragam kecurangan oknum pendidikan juga menjadi salah satu indikator lemahnya pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan yang bersih dan jujur. Selain itu, kasus kekerasan seksual yang terjadi di salah satu sekolah bertaraf internasional dan beberapa daerah yang akhir-akhir ini menjadi pemberitaan media pun, menjadi salah satu bukti lemahnya sistem kontrol pemerintah serta lemahnya pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan yang aman dan nyaman.

Dalam konteks ini perlu adanya rencana pembangunan dalam bidang pendidikan yang jelas, terarah dan berkesinambungan. Hal ini sangat penting, pasalnya hingga kini opini yang berkembang di masyarakat adalah ganti menteri pasti akan ganti kurikulum atau kebijakan.

Mengingat tahun ini bangsa Indonesia akan dipimpin oleh pemerintah yang baru, diharapkan tidak terjadi adanya perombakan kebijakan yang pada akhirnya membuat bingung para guru.

Estafet pembangunan harus terus berlanjut dengan mengakomodasi segala kebijakan yang sudah ada. Pelaksanaan kebijakan yang setengah hati pun harus dihindari agar tidak menimbulkan permasalahan baru di kemudian hari.

Banyak harapan di tahun 2014 ini. Pasalnya, tahun ini merupakan titik balik pendidikan di Indonesia.

Dengan adanya pemerintahan yang baru, masyarakat berharap kualitas pendidikan di Indonesia semakin maju dan lebih baik. Paling tidak ada dua hal yang harus digarap pemerintah.

Pertama, untuk memeratakan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah harus mampu menyelenggarakan pendidikan ke setiap daerah di Indonesia dengan murah dan terjangkau oleh siapa pun. Pemerintah harus terus mengawal pelaksanaan pendidikan hingga tingkat akar rumput agar penyelenggaraan pendidikan benar-benar berjalan dengan baik.

Kedua, penyelenggaraan pendidikan harus berpihak pada penyetaraan hak setiap warga negara dalam mendapatkan pendidikan. Proses pendidikan tidak boleh hanya berpihak pada kalangan tertentu, tetapi bersifat menyeluruh.

Keberadaan pendidikan inklusi yang akhir-akhir ini mulai menjamur seiring adanya Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009, bisa menjadi salah satu solusi pendidikan untuk lebih maju dan benar-benar memanusiakan manusia dengan menjunjung tinggi hak setiap warga negara.

Akhirnya, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang akan mengakiri jabatannya di tahun 2014 ini karena telah mencurahkan energi dan idenya untuk berusaha memajukan pendidikan di Indonesia, sekaligus mengucapkan selamat datang kepada calon menteri terpiilih. Semoga ke depannya pendidikan di Indonesia makin maju dan lebih baik.



Moh Mursyid
Wisma Muslim,
Demangan Kidul
GK I No 586 RT16/5, Sleman
Yogyakarta, 085 641 522 841

Yuk... buat MPI

Kemajuan teknologi yang sangat pecat mengharuskan semua orang unuk dapat mengikutinya. begitu juga halnya dengan dunia Pendidikan, Pendidikan diharapkan dapat memberikan dan melahirkan Tunas - tunas Bangsa yang mampu dan paham akan IT. Oleh sebab itu siswa harus diberi pandangan dan pengetahuan TIK sejak kecil. Guru sebagai orang yang bertanggung jawab atas kemampuan siswa harus lebih tau betul apa itu TIK, salah satu TIK yang harus diketahui guru dalam Dunia Pendidikan adalah Multimedia Pembelajran Interaktif atai disingkat MPI. MPI adalah gabungan dari bebrapa media seperti huruf, gambar, suara, animasi, video dll yang dijadikan satu dalam suatu template yang diharapkan dapat membantu siswa dalam pembelajaran.

Banyak Upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan untuk menggalakkan MPI kepada Guru -guru, salah satunya dengan mengadakan Lomba MPI, Blog Guru, Website Sekolah. Dalamhal ini pelita-pendidikan.blogspot.com juga ingin berusaha membantu Guru - guru dalam pembuatan MPI. Di sini kami menyediakan 

  1. Intro ( video pembuka MPI ) bisa dikatakan Appersepsi untuk menggugah semangat siswa dalam belajar



  2. Icon animasi : icon bergerak berupa siswa atau anak untuk membimbing dan mengarahkan dalam pemakian MPI











  3. Template : pola atau model peletakan unsur - unsur dalam MPI

  4. Animasi PPT : kreasi animasi dalam Powerpoint agar menarik bagi siswa, biasanya dalam materi, simulasi dan permainan
  5. VBA PPT : adalah Sebuah script atau aplikasi agar membantu tampilan agar lebih menarik bisa dalam  materi, simulasi, permainan, evaluasi
Bagi guru yang berminat silahkan download, untuk bahan - bahan ini anda tinggal menggabungkan untuk menjadi suatu MPI sesuai dengan materi yang akan anda sampaikan. Apabila mengalami kendala silahkan menghubungi kami. semoha bermanfaat

Download Link dibawah ini
  1. Template1
  2. Template2
  3. Template3
  4. Template4
  5. Template5
  6. Template6
  7.  icon1
  8. icon2
  9. icon3
  10. icon4
  11. icon5
  12. icon6
  13. icon7
  14. icon8
  15. icon9
  16. intro1
  17. intro  2
  18. intro3
  19. intro  4
  20. intro5
  21. intro  6
  22. intro7
  23. intro  8
  24. intro9
  25. intro  10
  26. intro11

Berkenalan dengan MPI

Perkembangan teknologi yang sangat pesat dalam era Globalisasi ini pastilah berimbas dalam berbagai bidang, salah satinta dalam dunia pendidikan, pendidikan  yang menghasilkan pembelajaran yang kaku dan kurang bersahabat dengan siswa harus ditinggalkan dan diganti dengan pembelajaran yang menarik. Dunia anak yang masih ingin bersenang - senang harus dibarengi dengan pembelajaran yang juga menyenagkan bagi mereka, nah, di siilah peran Multimedia muncul untuk memenuhi rasa senang mereka. Multimedia tidak hanya memenuhi keinginan siswa saja tetapi juga menekankan pada pembelajaran yang disampaikan dimana dalam multimedia tersenut akan terjadi interaksi timbal balik yang bagus sesuai dengan kaidah - kaidah pembelajaran pada umumnya. Setiap multimedia yang baik barisi materi, simulasi atau permainan, latihan dan evaluasi yang semuanya dekat dengan kontekstual anak sehingga siswa lebih paham akan materi yang disampaikan dalam Multimedia pembelajaran interaktif tersebut.


  Untuk  memahami  konsep  multimedia  pembelajaran,  ada  baiknya  kita  pahami  terlebih
dahulu  pengertian  multimedia  dan  pembelajaran.  Multimedia  adalah  media  yang
menggabungkan dua unsur atau  lebih media  yang  terdiri dari  teks, grafis, gambar,  foto, audio,
video  dan  animasi  secara  terintegrasi.  Multimedia  terbagi  menjadi  dua  kategori,  yaitu:
multimedia linier dan multimedia interaktif.
  Multimedia  linier  adalah  suatu multimedia  yang  tidak  dilengkapi  dengan  alat  pengontrol
apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan),
contohnya: TV dan film.
  Multimedia  interaktif  adalah  suatu  multimedia  yang  dilengkapi  dengan  alat  pengontrol
yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki
untuk  proses  selanjutnya.  Contoh  multimedia  interaktif  adalah:  multimedia  pembelajaran
interaktif,  aplikasi  game,  sedang  animasi  adalah  proses  menciptakan  efek  gerak  perubahan
bentuk yang terjadi selama beberapa waktu.  Sedankan  Tutorial  merupakan  kegiatan
pembelajaran komplementer, yang bersifat individual dan mengandalkan aktifitas dan peran tutor
dalam  proses  belajar  mengajar,    juga  diartikan  sebagai  proses  penciptaan  lingkungan  yang
memungkinkan  terjadinya  proses  belajar.  Jadi  dalam  pembelajaran  yang  utama  adalah
bagaimana  siswa  belajar.  Belajar  dalam  pengertian  aktifitas  mental  siswa  dalam  berinteraksi
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan. Dengan demikian  aspek  yang  menjadi  penting  dalam  aktifitas  belajar  adalah  lingkungan.  Bagaimana
lingkungan  ini  diciptakan  dengan  menata  unsur-unsurnya  sehingga  dapat  mengubah  perilaku
siswa.  Dari  uraian  di  atas,  apabila  kedua  konsep  tersebut  kita  gabungkan  maka  multimedia
pembelajaran  dapat  diartikan  sebagai  aplikasi  multimedia  yang  digunakan  dalam  proses
pembelajaran, dengan kata lain untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan dan sikap)
serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan yang belajar  sehingga  secara
sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali [13].

2.6 Manfaat Multimedia Pembelajaran
Apabila  multimedia  pembelajaran  dipilih,  dikembangkan  dan  digunakan  secara  tepat  dan
baik, akan memberi manfaat yang sangat besar bagi para guru dan siswa. Secara umum manfaat
yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran  lebih menarik,  lebih  interaktif,  jumlah waktu
mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dan prises belajar mengajar
dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan [14].
Manfaat di  atas  akan diperoleh mengingat  terdapat keunggulan dari  sebuah multimedia
pembelajaran, yaitu:
2.6.1  Memperbesar  benda  yang  sangat  kecil  dan  tidak  tampak  oleh  mata,  seperti
kuman, bakteri, elektron dll.
2.6.2  Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan ke sekolah,
seperti gajah, rumah, gunung, dll.
2.6.3  Menyajikan  benda  atau  peristiwa  yang  kompleks,  rumit  dan  berlangsung  cepat
atau  lambat, seperti sistem  tubuh manusia, bekerjanya suatu   mesin,   beredarnya
planet Mars, berkembangnya bunga dll. 2.6.4  Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang, salju, dll.
2.6.5  Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti  letusan gunung berapi,
harimau, racun, dll.
2.6.6  Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa. 

2.7 Karakteristik Media dalam Multimedia Pembelajaran 
Sebagai  salah  satu  komponen  sistem  pembelajaran,  pemilihan  dan  penggunaan
multimedia  pembelajaran  harus  memperhatikan  karakteristik  komponen  lain,  yaitu  tujuan,
materi, strategi dan juga evaluasi pembelajaran.  Karakteristik multimedia pembelajaran adalah:
2.7.1  Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya menggabungkan unsur
audio dan visual.
2.7.2  Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi
respon pengguna.
2.7.3  Bersifat  mandiri,  dalam  pengertian  memberi  kemudahan  dan  kelengkapan  isi
sedemikian  rupa  sehingga  pengguna  bisa menggunakan  tanpa  bimbingan  orang
lain.
Selain  memenuhi  ketiga  karakteristik  tersebut,  multimedia  pembelajaran  sebaiknya
memenuhi fungsi sebagai berikut:
2.7.3.1 Mampu memperkuat respon pengguna secepatnya dan sesering mungkin.
2.7.3.2 Mampu  memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk  mengontrol  laju
kecepatan belajarnya sendiri.
2.7.3.3 Memperhatikan  bahwa  siswa  mengikuti  suatu  urutan  yang  koheren  dan
terkendalikan. 2.7.3.4 Mampu  memberikan  kesempatan  adanya  partisipasi  dari  pengguna  dalam
bentuk  respon,  baik  berupa  jawaban,  pemilihan,  keputusan,  percobaan  dan
lain-lain.






2.8 Format Multimedia Pembelajaran
  Format  sajian  multimedia  pembelajaran  dapat  dikategorikan  ke  dalam  lima  kelompok
sebagai berikut: 

2.8.1 Tutorial
  Tutorial  merupakan  kegiatan  pembelajaran  komplementer,  yang  bersifat
individual  dan mengandalkan  aktifitas  dan  peran  tutor  dalam  proses  belajar mengajar.
Kegiatan tutorial lebih bersifat bebas dan rekreatif tanpa mengabaikan peranan dan fungsi
intruksional  [15].  Format  sajian  ini  merupakan  multimedia  pembelajaran  yang  dalam
penyampaian  materinya  dilakukan  secara  tutorial,  sebagaimana  layaknya  tutorial  yang
dilakukan oleh guru atau instruktur. Informasi yang berisi suatu konsep disajikan dengan
teks,  gambar,  baik  diam  atau  bergerak  dan  grafik.  Pada  saat  yang  tepat,  yaitu  ketika
dianggap  bahwa  pengguna  telah membaca, menginterpretasikan    dan menyerap  konsep
itu,  diajukan  serangkaian  pertanyaan  atau  tugas.  Jika  jawaban  atau  respon  pengguna benar,  kemudian  dilanjutkan  dengan  materi  berikutnya.  Jika  jawaban  atau  respon
pengguna  salah,  maka  pengguna  harus  mengulang  memahami  konsep  tersebut  secara
keseluruhan  ataupun  pada  bagian-bagian  tertentu  saja  (remedial).  Kemudian  pada
bahagian  akhir  biasanya  akan  diberikan  serangkaian  pertanyaaan  yang  merupakan  tes
untuk  mengukur  tingkat  pemahaman  pengguna  atas  konsep  atau  materi  yang
disampaikan.
2.8.2 Drill dan Practise
  Format  ini  dimaksudkan  untuk  melatih  pegguna  sehingga  memiliki  kemahiran
dalam  suatu  keterampilan  atau  memperkuat  penguasaan  suatu  konsep.  Program
menyediakan  serangkaian  soal  atau  pertanyaan  yang  biasanya  ditampilkan  secara  acak,
sehingga  setiap kali digunakan makan  soal atau pertanyaan yang  tampil  selalu berbeda,
atau paling tidak dalam kombinasi yang berbeda.
Program  ini  dilengkapi  dengan  jawaban  yang  benar,  lengkap  dengan  penjelasannya
sehingga  diharapkan  pengguna  akan  bisa  pula memahami  suatu  konsep  tertentu.  Pada
bahagian akhir, pengguna bisa melihat skor akhir yang dia capai, sebagai indikator untuk
mengukur tingkat keberhasilan dalam memecahkan soal-soal yang diajukan.
2.8.3. Simulasi
  Multimedia pembelajaran dengan  format  ini mencoba menyamai proses dinamis
yang terjadi di dunia nyata, misalnya untuk mensimulasikan mengendarai mobil, pesawat
terbang,  di  mana  pengguna  seolah-olah  melakukan  aktifitas  menerbangkan  pesawat
terbang, menjalankan usaha kecil, atau pengendalian pembangkit listrik tenaga nuklir dan
lain-lain.  Pada  dasarnya  format  ini  mencoba  memberikan  pengalaman  masalah  dunia nyata yang biasanya berhubungan dengan  suatu  resiko, seperti pesawat yang akan  jatuh
atau menabrak, perusahaan akan bangkrut, atau terjadi malapetaka nuklir.
2.8.4. Percobaan atau Eksperimen
  Format  ini mirip dengan  format simulasi, namjun  lebih ditujukan pada kegiatan-
kegiatan  yang  bersifat  eksperimen,  seperti  kegiatan  praktikum  di  laboratorium  IPA,
biologi  atau  kimia.  Program menyediakan  serangkaian  peralatan  dan  bahan,  kemudian
pengguna  bisa  melakukan  percobaan  atau  eksperimen  sesuai  petunjuk  dan  kemudian
mengembangkan eksperimen-eksperimen lain berdasarkan petunjuk tersebut. Diharapkan
pada  akhirnya  pengguna  dapat  menjelaskan  suatu  konsep  atau  fenomena  tertentu
berdasarkan eksperimen yang mereka lakukan secara maya tersebut. 

2.8.5. Permainan
  Tentu  saja bentuk permaianan  yang disajikan di  sini  tetap mengacu pada proses
pembelajaran dan dengan program multimedia berformat  ini diharapkan  terjadi aktifitas
belajar  sambil  bermain.  Dengan  demikian  pengguna  tidak  merasa  bahwa  mereka
sesungguhnya sedang belajar.






2.9       Strategi Evaluasi     Strategi evaluasi yang akan   dikembangkan pada penyusunan desain multimedia
pembelajaran ini adalah menggunakan evaluasi pembelajaran berupa soal ujian yaitu :

2.9.1  Ujian Teori Objektif
Test  objektif  memberikan  soal-soal  evaluasi  yang  telah  dipelajari  oleh  siswa
dengan  antarmuka  program  yang  menampilkan  soal  yang  jawabannya  dapat
dipilih oleh siswa. Soal yang telah dikerjakan telah diberikan bobot nilai tertentu,
sehingga saat diproses oleh sistem  , siswa dan guru dapat  langsung melihat nilai
dari jawaban yang dikerjakan.

2.9.2  Ujian Praktek
Test ini merupakan test praktek, dimana siswa mengerjakan soal ujian praktek dan
hasil file pekerjaannya dikirim ke server untuk dinilai oleh guru. Proses penilaian
ini  dilakukan  oleh  guru  dan  sistem  hanya  berfungsi  sebagai  perantara  untuk
menyampaikan jawaban kepada guru dan nilai jawaban kepada siswa

Hebatnya Aplikasi SIMBOSPLUS

Terbitnya Permendikbud RI Nomor 101 Tahun 2013 yang berisi Juknis BOS 2014 yang didalam terdapat aturan - aturan yang baku tentang pengelolaan Dana BOS pada tahun 2014. Permendikbud ini tidak lepas dari Undang-Undang  Nomor  20  Tahun  2003  tentang  Sistem  Pendidikan  Nasional pasal 6  ayat 1 menyebutkan bahwa  setiap warga negara  yang  berusia 7-15  tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.   Pasal 34 ayat 2  menyebutkan  bahwa  Pemerintah  dan  pemerintah  daerah  menjamin  terselenggaranya  wajib  belajar minimal  pada  jenjang  pendidikan  dasar  tanpa memungut  biaya,  sedangkan  dalam  ayat  3 menyebutkan  bahwa  wajib  belajar merupakan  tanggung  jawab  negara  yang  diselenggarakan  oleh  lembaga  pendidikan  Pemerintah,  pemerintah  daerah,  dan
masyarakat. Konsekuensi  dari  amanat undang-undang  tersebut  adalah  Pemerintah  dan  pemerintah  daerah  wajib  memberikan  layanan  pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD  dan SMP) serta satuan pendidikan lain yang sederajat
Salah satu  indikator penuntasan program Wajib Belajar 9 Tahun dapat  diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD dan SMP.  Pada tahun  2005   APK SD  telah mencapai 115%, sedangkan SMP pada  tahun 2009  telah mencapai 98,11%, sehingga program wajar 9 tahun telah tuntas 7  tahun  lebih awal dari  target deklarasi Education For All  (EFA) di Dakar.  Program Bantuan Operasional Sekolah  (BOS)  yang  dimulai  sejak bulan  Juli 2005, telah berperan secara signifikan dalam percepatan pencapaian  program wajar 9  tahun. Oleh karena  itu, mulai  tahun 2009 pemerintah  telah melakukan perubahan  tujuan, pendekatan dan  orientasi program  BOS, dari perluasan akses menuju peningkatan kualitas.
Dalam  perkembangannya,  program  BOS  mengalami  mengalami  peningkatan biaya satuan   dan  juga  perubahan mekanisme penyaluran  sesuai  Undang-Undang  APBN  yang  berlaku.  Sejak  tahun  2012  penyaluran dana BOS dilakukan dengan mekanisme transfer ke provinsi  yang  selanjutnya  ditransfer  ke  rekening  sekolah  secara  online. Melalui  mekanisme ini, penyaluran dana BOS ke sekolah berjalan lancar.
Dari tantangan diatas pastilah hampir semua Bendahara Sekolah was-was karena hampir dari mereka ada yang belum tahu dan faham tentang Juknis terbaru ini. Seiring perkembangan jaman yang makin canggih maka muncullah Aplikasi Simbos Plus yang didalamnya berisi aplikasi yang dapat mempermudah dalam administrasi bendahara dalam pengolahan keuangan sekolah. Simbosplus ini selallu akan diupdate sesuai Permendikbud yang hampir setiap tahun berganti. Tidak dapat dipungkiri Aplikasi buatan Bambang Haryanto ini sangat membantu Administrasi Sekolah.

Pendidikan Penopang Pembangunan

Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, polotik dan kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa serta keseluruhan. Dalam proses pembangunan tersebut peranan pendidikan amatlah atrategis.

John C. Bock, dalam Education and Development: A Conflict Meaning (1992), mengindentifikasi peran pendidikan tersebut sebagai : a) masyarakat ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa, b) mempersiapkan tenaga kerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, dan pedorong perubahan sosial , dan c) untuk meratakan kesepakatan dan pendapatan. Peran yang pertama merupakan Fungsi politik pendidikan dan dua peran yang lain merupakan fungsi ekonomi.

Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam pembangunan nasional muncul dua paradigma yang menjadi kiblat bagi pengambil kebijakan dalam pengembangan kebijakan pendidikan: Paradigma Fungsional dan paradigma Sosialisasi. Paradigma Fungsional melihat bahwa keterbelakangan dan kemiskinan dikarenakan negara tidak mempunyai cukup penduduk yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan sikap modern. Menurut pengalaman masyarakat di Barat, lembaga pendidikan formal sistem persekolahan merupakan lembaga utama mengembangkan pengetahuan malatih, kemampuan dan keahlian serta menanamkan sikap modern para individu yang diperlukan dalam proses pembangunan. Bukti-bukti menunjukan adanya kaitan yang erat antara pendidikan formal seseorang dan partisipasinya dalam pembangunan. Perkembangan lebih lanjut muncul, tesis Human Investment, yang menyatakan bahwa investasi dalam diri manusia lebih menguntungkan, memiliki economic rate of return yang lebih tinggi di bandingkan dengan investasi dalam bidang fisik.

Kenapa tidak ada UN di SD ?

Bagi siswa kata " Ujian Nasional " adalah kata yang paling ditakuti dalam kegiatan di sekolah. Ujian nasional adalah  sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan.
Untuk setiap jenjang Satuan Pendidikan pasti memiki standart penilaian yang berbeda - beda. Untuk Jenjang Dikmen mungkin tidak terlalu fenomenal dibandingkan dengan Dikdas. Jenjang Dikdas terdiri dari SMP, MTS, SD dan MI.
Untuk Satuan SD dan MI yang peserta didiknya masih berusia 6- 12 tahun dalam menghadapi Ujian Nasional pastinya kurang siap dibandingkan dengan satuan pendidikan yang lebih tinggi. Dengan usia siswa SD yang masih muda tentulah sangat minim persiapan. Maka muncullah wacana penghapusan UN SD.

Akhirnya mulai Tahun Pelajaran 2013 / 2014 Kemdikbud merubah UN SD menjadi Ujian Sekolah karena UN diberikan sekali pada setiap Jenjang Pendidikan. Pada Jenjang Dikdas, UN akan diberikan Satuan Pendidikan yang paling tinggi yaitu SMP / MTS dan UN pada Jenjang Dikmen diberikan pada SMA, SMK dan MA. kebijakan ini diharapkan bisa mensukseskan program Wajib Belajar 9 tahun.

Apakah Seudati itu ?

Indonesia terdiri dari berbagai ragam suku dan budaya yang tersebar dari Sabang sampai Marauke. Salah satu Provinsi yang paling barar yaitu Nangrou Aceh Darussalam, dalam Provinsi tersebut ada Kebudayaan yang menarik yaitu Tari Seudati
Tari Seudati adalah tari dari Aceh yang berasal dari kata syahadat artinya bersaksi. Syahadat adalah salah satu syarat dalam agama Islam untuk mengakui adanya Tuhan. Karena itu Aceh dijuluki serambi Mekah karena setiap aspek kehidupan kental dengan nuansa Islami. Syair dan pantun yang dilantunkan dalam tari Seudati juga berisi puji-pujian terhadap Tuhan.

Ciri khas tarian Aceh adalah jumlah pemainnya yang banyak. Tari Seudati mirip dengan Tari Saman tidak menggunakan musik sebagai pengiring dan hanya mengandalkan bunyi dari pukulan antar anggota tubuh. Musik pada tari Seudati hanya  menggunakan suara dari hentakan kaki, pukulan telapak tangan di dada dan pinggul serta suara jentikan jemari. Musik alami ini di sela suara syair dan pantun yang dilantunkan para penari. Suara berderap dengan tempo cepat serta badan para penari yang meliuk dengan cepat lalu tiba-tiba berhenti pada keheningan dapat menghanyutkan emosi penonton. Kekompakan para penari dalam memainkan gerak masing-masing anggota tubuh dalam tempo yang cepat menimbulkan decak kagum karena tentunya memerlukan latihan khusus.

Tari Seudati berasal dari Desa gigieng kecamatan Simpang kabupaten Pidei. Tari Seudati ini kemudian berkembang ke desa Didoh kecamatan Mutiara kabupaten Dido. Tari Seudati sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan mengalami perkembangan sejak agama Islam masuk ke Aceh. Awalnya tarian ini dikenal sebagai tarian pesisir yang dimainkan untuk mengawali permainan sabung ayam atau pada saat musim panen tiba pada malam bulan purnama. Tarian ini juga untuk mengabarkan permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat dan cara menyelesaikannya. Sehingga lantun syair dalam tari Seudati dapat menceritakan kisah sedih, kisah gembira dan kisah yang membangkitkan semangat. Kemudian tari Seudati digunakan untuk menyiarkan agama islam agar lebih mudah diterima masyarakat. Ulama yang mengembangkan agama Islam di Aceh lebih banyak berasal dari Arab sehingga istilah dalam tari Seudati pun banyak menggunakan bahasa arab antara lain Syeh yang berarti Pemimpin, Sama yang berarti Delapan dan Syair yang berarti Nyanyian.

Kesejahteraan Guru Terjamin

Pada awalnya tidak banyak orang yang berminat untuk menjadi guru. Generasi muda lebih cenderung memilih profesi lain yang lebih menjanjikan. Gaji guru itu sangat kecil. Hanya yang berbakat dan bermotivasi tinggi untuk mendidik yang akan mau menyandang profesi guru.

kesejahteraan,kinerja,guru

Seiring dengan perkembangan zaman, profesi guru mulai menjadi perhatian generasi muda Indonesia. Dengan motif untuk menjadi pegawai negeri sipil, orang mulai banyak masuk perguruan tinggi tenaga kependidikan yang menghasilkan tenaga guru.

Menjadi pegawai negeri guru tidak sesulit sekarang ini. Kebutuhan akan guru di sekolah-sekolah sangat mendesak. Hal ini menjadi peluang besar bagi calon guru untuk diterima menjadi pegawai negeri. Lowongan kerja untuk guru terbuka lebar.

Rupanya persoalan kesejahteraan belum selesai. Guru masih mengeluhkan kesejahteraan mengingat meningkatnya kebutuhan hidup. Akibatnya guru terpaksa mencari penghasilan tambahan di luar jam mengajar. Kekusyukan guru dalam mengajar agak terganggu.

Kesejahteraan guru mulai mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia. Persoalan kesejahteraan selalu dimunculkan oleh guru melalui media massa. Bahkan, Persatuan Guru Republik Indonesia ( PGRI ) sering mendapat masukan langsung perihal rendahnya kesejahteraan guru.

Ibarat gayung bersambut, kata berjawab. Pemerintah menindaklanjuti keluhan yang dialami oleh para guru Indonesia melalui program sertifikasi guru. Program yang tergolong spektakuler ini didasarkan atas Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005. (baca: Kesejahteraan Guru Luar Biasa )

Adakah relevansi antara kesejahteraan dengan kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya? Tentu saja ada! Kesejahteraan yang memadai dengan tunjangan dua kali lipat dari gaji pokok akan membuat guru konsentrasi mengajar. Kosentrasi yang dibarengi kemampuan profesionalisme akan meningkatkan kinerja guru. Kinerja yang bagus akan bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Allahuallam bissowaab… (baca: Konsekuensi Guru Profesional).

Demikianlah opini kesejahteraan dan kinerja guru mengawali bulan Mei ini. Semoga bermanfaat dan menjadi bahan renungan buat kita semua, khususnya pengunjung tercinta.

Sumber : http://www.matrapendidikan.com/2014/05/kesejahteraan-dan-kinerja-guru.html

Peredaran Darah Manusia

Pada proses pernapasan manusia dihasilkan oksigen, sedangkan pada proses
pencernaan makanan dihasilkan sari-sari makanan. Oksigen dan sari-sari makanan
yang dibutuhkan oleh tubuh akan diedarkan ke seluruh tubuh melalaui sistem
peredaran darah.




1. Organ peredaran darah terdiri atas jantung dan pembuluh darah.

2. Jantung terbagi dalam empat ruang yaitu serambi kiri dan kanan, serta bilik
kiri dan kanan.

3. Pembuluh darah dibedakan menjadi pembuluh nadi dan balik.
4. Pembuluh nadi membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh.
5. Pembuluh balik membawa darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung.
6. Peredaran darah manusia dibedakan menjadi peredaran darah kecil dan besar.
7. Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah dari jantung ke paru-paru dan
kembali lagi ke jantung.

8. Peredaran darah besar yaitu peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh
dan kembali ke jantung.
9. Organ peredaran darah dapat mengalami gangguan. Contohnya varises,
penyakit ginjal, kencing manis, leukimia, anemia, homofilia, dan penyumbatan
pembuluh darah.
10.Gangguan sistem peredaran darah dapat dicegah dengan cara:
- olahraga dan istirahat yang cukup.
- tidak mengonsumsi makanan berlemak secara berlebihan.
- tidak merokok.

Alat Pernafasan Manusia



Alat Pencernaan Manusia



Tumbuhan Hijau

 Manusia memperoleh makanan dari hewan dan tumbuhan, demikian juga dengan hewan. Ada hewan yang makanannya berasal dari tumbuhan dan ada pula hewan yang makanannya berasal dari hewan lain. Nah sekarang bagaimana dengan tumbuhan? Dari manakah tumbuhan hijau memperoleh makanan? Makanan tumbuhan berbeda dengan makanan manusia dan hewan. Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang dapat membuat makanannya sendiri. Makanan yang dihasilkan merupakan bahan makanan bagi manusia dan hewan. Oleh karena itu tumbuhan disebut penghasil makanan atau produsen

1. Tumbuhan hijau mampu membuat makanan sendiri yang disebut fotosintesis.


2. Tumbuhan hijau mempunyai klorofil pada daunnya.
3. Klorofil berfungsi mengikat cahaya matahari.

4. Proses fosintesis:

5. Air yang diperlukan untuk fotosintesis, diserap dari dalam tanah oleh bulu- bulu akar.
6. Pembuluh kayu bertugas mengangkut air sampai ke daun.
7. Gas karbon dioksida diserap melalui stomata dan lentisel.
8. Karbohidrat diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh tapis.
9. Kelebihan karbohidrat disimpan tumbuhan sebagai cadangan makanan.
10. Cadangan makanan pada tumbuhan disimpan dalam umbi, batang, buah, dan biji.
11. Tumbuhan bagi manusia dan hewan sebagai sumber makanan dan penyuplai oksigen.

Pendidikan Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.  Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. . Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Kendala-kendala yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum antara lain adala:

 perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi  konflik dan motivasi yang kurang seha lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi kurang adanya hubungan sosial dan publikasi (Subandiyah 1992:81)

Untuk menghindari masalah-masalah tersebut di atas, dan agar mau berubah terutama sikap dan perilaku terhadap perubahan pendidikan yang sedang dan akan dikembangkan, sehinga perubahan dan pembaharuan itu diharapkan dapat berhasil dengan baik, maka guru, administrator, orang tua siswa, dan masyarakat umumnya harus dilibatkan
Ada beberapa hal mengapa inovasi secara umum sering ditolak atau tidak dapat diterima oleh para pelaksana inovasi di lapangan atau di sekolah sebagai berikut:

    Sekolah atau guru tidak dilibatkan dalam proses perencanaan,penciptaan dan bahkan pelaksanaan inovasi tersebut, sehingga ide baru atau inovasi tersebut dianggap oleh guru atau sekolah bukan miliknya, dan merupakan kepunyaan orang lain yang tidak perlu dilaksanakan, karena tidak sesuai dengan keinginan atau kondisi sekolah mereka.
    Guru ingin mempertahankan sistem atau metode yang mereka lakukan saat sekarang, karena sistem atau metode tersebut sudah mereka laksanakan bertahun-tahun dan tidak ingin diubah. Disamping itu sistem yang mereka miliki dianggap oleh mereka memberikan rasa aman atau kepuasan serta sudah baik sesuai dengan pikiran mereka.Hal senada diungkapkan pula Day dkk (1987) dimana guru tetap mempertahankan sistem yang ada.
    Inovasi yang baru yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat (khususnya Depdiknas) belum sepenuhnya melihat kebutuhan dan kondisi yang dialami oleh guru dan siswa. Hal ini juga diungkapkan oleh Munro (1987:36) yang mengatakan bahwa “mismatch atory program”.
    Inovasi yang diperkenalkan dan dilaksanakan yang berasal dari pusat merupakan kecenderungan sebuah proyek dimana segala sesuatunya ditentukan oleh pencipta inovasi dari pusat. Inovasi ini bisa terhenti kalau proyek itu selesai atau kalau finasial dan keuangannya sudah tidak ada lagi. Dengan demikian pihak sekolah atau guru hanya terpaksa melakukan perubahan sesuai dengan kehendak para inovator di pusat dan tidak punya wewenang untuk merubahnya.
    Kekuatan dan kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat menekan sekolah atau guru melaksanakan keinginan pusat, yang belum tentu sesuai dengan kemauan mereka dan situasi sekolah mereka Untuk mengatasi masalah dan kendala seperti diuraikan di atas, maka berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan inovasi baru.



Sumber : http://evanurhasanah.wordpress.com/about/

Kapamalian

Dalam bahasa Sunda, “pamali” merupakan kata sifat. Kata ini sinonim dengan kata “pantrang” dan “cadu” yang dalam bahasa Indonesia sepadan dengan pantang atau tabu (Inggris: taboo). Kata bendanya adalah “kapamalian”. Kata ini semakna dengan pantrangan (pantangan) danpanyaraman (larangan). Kapamalian berarti sesuatu yang dianggap pamali yang kalau dilanggar akan ada matak-nya (menyebabkan sesuatu) menurut kepercayaan karuhun. Dengan demikian, yang membedakan kapamalian dengan larangan lainnya ialah pada matak-nya itu, yakni akibat yang dipercaya kelak akan menimpa seseorang atau sesuatu bila larangan itu dilanggar. Matak-nya ini ada yang diyakini akan berdampak pada diri si pelanggar, ada pula yang akan berpengaruh pada lingkungannya. Jika teman saya di atas memiliki mertua cerewet, mungkin dahulunya ia pernah melanggar kapamalian: Pamali milihan sérah tina nyiru paduaan, matak boga mitoha céréwéd (pamali memilih gabah dari nyiru berdua, sebab kelak akan mendapat mertua cerewet).

Matak sebuah kapamalian acap kali sulit diterima langsung secara rasional. Itulah sebabnya generasi sekarang tidak begitu menghiraukannya, sebagaimana tercermin pada dua ilustrasi di atas. Oleh sebagian orang, bahkan kapamalian ini acap dijadikan guyonan. Menurutnya, pamali itu berasal dari bahasa Arab. Dengan menirukan para santri ngalogat kitab, mereka pun mengartikannya, “FAMA, maka ari perkara, éta LI, keur kuring”(perkara itu buat saya). Dalam pengertian ini, sesuatu dikatakan pamalikarena hanya boleh diperbuat oleh orang (tua) yang mengatakannya. Bukan untuk orang lain.
Boleh jadi, kapamalian ini memang semata-mata berdasarkan pada kepercayan, kalaupun bukan berdasarkan pengalaman, pengetahuan, ataupun ada maksud lain tertentu di baliknya. Menurut sementara orang, konon, kapamalian merupakan cara orang tua di masa lalu dalam menakut-nakuti anaknya. Kelaziman di masa dulu, anak akan lebih takut pada hal yang gaib, belum tentu terjadi, ketimbang pada hal-hal yang nampak atau nyata
Orang bijak tentu punya pandangan lain ihwal kapamalian ini. Sepanjang ia sulit dipahami secara rasional, salah satu caranya ialah dengan mengambil maknanya yang tersembunyi. Ia tidak lagi dipahami dalam pengertian hakiki (leterlek), melainkan dalam pengertian majaji (kiasan). Begitulah lumrahnya jika seseorang tidak ingin kehilangan adat dan tradisi leluhurnya, sementara ia sendiri enggan menelannya secara mentah-mentah.
Bagaimanapun orang memahami kapamalian, yang jelas ia merupakan cara orang tua dalam mendidik generasinya. Di dalamnya sarat akan nilai-nilai budi pekerti, pemeliharaan lingkungan hidup, serta kesehatan jasmani dan rohani. Dengan mengikuti kapamalian, seorang anak diharapkan dapat mencapai keselamatan dan kesejahteraan hidup. Kendatipun ungkapan kapamalian yang ditujukan khusus bagi anak-anak tidak bisa diselami oleh pikiran anak itu, tetapi pada masanya boleh jadi sangat berguna ketika konsep pendidikan yang lebih baik belum terumuskan.
Bagi masyarakat sekarang, mengikuti kapamalian merupakan sesuatu yang tidak ada salahnya. Bahkan, kendati tanpa menghiraukan dahulu makna-makna simbolisnya. Kenyataannya, kapamalian ini sesungguhnya sangat mungkin dijabarkan secara ilmiah. Ia bisa dilihat dari sudut pandang ilmu kedokteran, biologi, fisika, astronomi, dll., tergantung jenis ungkapan kapamaliannya itu. Inilah tugas kita yang memandang kapamalian sebagai buah pengamatan, kajian, penelitian, pengalaman, serta pengetahuan para orang tua di masa lalu yang panjang dan mendalam. Bukan semata-mata berdasarkan kepercayaan mereka pada hal-hal gaib nan mistis.

Hopongan

LEBIH baik mati daripada hutan habis. Biar berapapun orang yang mau membayar, untuk  merelakan hutan  di tebang, kami tidak mau,” dengan nada bergetar Marituha berujar. Marituha merupakan Tumenggung Orang Rimba dari kelompok Sungai Terab yang bermukim di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD).

Perkataan Tumenggungg Marituha menggambarkan betapa berharganya hutan bagi dirinya dan Orang Rimba lainnya yang kini kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan akibat pembabatan hutan. Bahkan ketiadaan tempat melangsungkan kehidupan menghantui Orang Rimba yang terbiasa hidup berpindah-pindah.

Orang Rimba merupakan kelompok masyarakat yang hidup di hutan-hutan sekunder di Provinsi Jambi, yang hidup dari berburu dan meramu hasil hutan. Dahulu Orang Rimba bisa hidup tenang karena ruang jelajah mereka sangat luas, namun seiring dengan semakin maraknya alih fungsi hutan menjadi HPH, HTI, perkebunan sawit dan trasmigrasi, ruang hidup Orang Rimba semakin sempit. Bagi Orang Rimba di Bukit Duabelas, satu-satunya kelompok hutan yang masih terisa hanyalah Taman Nasional Bukit Duabelas. Padahal dahulunya disekeliling taman nasional ini juga merupakan wilayah hidup dan berpenghidupan Orang Rimba. Namun yang terjadi saat ini adalah penghancuran wilayah hidup mereka.

Dengan semakin banyaknya pohon yang ditebang, ekosistem yang berada di hutan juga semakin terancam. Tidak hanya hewan harus menerima kenyataan sulit untuk mempertahankan hidupnya, namun Orang Rimba yang segalanya bergantung pada hutan juga harus mampu mengatur strategi untuk mempertahankan sumber penghidupannya, supaya kondisinya tidak seperti saat ini . dimana, kondisi hutan sudah berubah menjadi perkebunan kelapa sawit dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Sedikitnya enam belas perusahaan di kawasan TNBD telah mengubah hutan tersebut menjadi perkebunan kelapa sawit dan HTI.

Dulunya ada sekitar 100 ribu hektar hutan yang berada di kawasan TNBD, namun kini hanya tersisa 60 ribu hektar yang menjadi sumber penghidupan Orang Rimba.   Wilayah TNBD sendiri masuk tiga kabupaten, yakni Sarolangun, Batanghari, dan Tebo. Sedangkan untuk Sungai Terab secara administrasi masuk Desa Jeluti, Kecamatan Bathin XXIV, Kabupaten Batanghari. 

Untuk menghadang semakin luasnya ekspansi perambahan hutan, Orang Rimba membuat Hompongan. Hompongan adalah lahan yang bentuknya memanjang dan ditanami karet dan tanaman lainnya. pembuatan hompongan ini menjadi batas sekaligus penyangga hutan TNBD. Warga luar atau perusahaan  dilarang keras membuka hutan melewati hompongan tersebut. Selain tujuan utama hompongan untuk mempertahankan keberadaan hutan, ternyata konsep kearifan lokal itu sejalan dengan progam Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation (REDD), yang jauh terpikirkan oleh Orang Rimba sebelum isu deforestasi dalam negosiasi UNFCCC pada COP-11 di Montreal tahun 2005 dibawah agenda pengurangan emisi dari deforestasi di negara berkembang (RED) yang kemudian berlanjut pada konferensi para pihak Konvensi Perubahan Iklim ke-13 (COP 13) di Bali pada tahun 2007 yang telah menghasilkan rencana aksi Bali (Bali Action Plan). Yakni rencana atau peta jalan negosiasi strategi global, yang mengakui pentingnya hutan dalam mengatasi perubahan iklim.

Bagi Orang Rimba tak penting apakah hompongan yang dibuat itu sekeren progam REDD, namun yang dipahami adalah bagaimana hutan tidak terus dihabisi, karena ulah manusia. “Ketika hutan terus digunduli, kehidupan kami merasa terancam. Sejak tahun 1999 kami mulai membuat hompongan, supaya kami bisa terus hidup dari adanya hutan,” kata Tumenggung Marituha sembari mengisahkan lika-liku dibalik pembuatan hompongan tersebut. “Meski ide hompongan ini dari kami sendiri, namun awalnya kami sempat menolak. Karena tanaman yang ada di hompongan itu tidak sesuai dengan adat yang kami pakai secara turun temurun dari nenek moyang,” ujarnya.

Salah satu tumbuhan yang ditanam di hompongan tersebut yaitu pohon karet unggul. Adat Orang Rimba pantang menanam pohon yang ditanam oleh orang desa. Kalaupun ditanami pohon karet, harusnya karet alami yang tumbuh di hutan. Hompongan sendiri tersebar di beberapa kawasan TNBD, dan setiap tempat luasnya beragam, mulai dari 4 hektar hingga 20 hektar. Saat ini dari beberapa hompongan tersebut telah menghasilkan uang dari pohon karet yang sudah bisa disadap.
Meski saat ini terbentang ratusan hektar hompongan, namun bukan berarti membuat tenang akan ancaman habisnya hutan. Ketidakberdayaan melawan perusahaan menjadi persoalan tersendiri bagi Orang Rimba, karena adat yang digunakan Orang Rimba tak jarang terabaikan masyarakat luar.

Tumenggung Marituha mencontohkan, ada beberapa pohon yang menurut adat Orang Rimba tidak boleh ditebang. Seperti kayu Tenggeris, kayu Mentubung, kayu Sialang Kedondong. Hukum adat yang berlaku, siapapun yang menebang pohon tersebut di denda 60 keping kain, bahkan harga satu pohon katanya sama dengan harga satu nyawa manusia. Belum lagi tanah pasoron atau tempat pekuburan, yang juga tidak boleh dibabat. “Sebenarnya banyak kawasan yang kami anggap miliki kami, dimana dalam area tersebut terdapat pohon yang menurut adeat kami tidak boleh ditebang. Namun oleh perusahaan, dengan seenaknya menghabisi pohon tersebut. Pernah kami minta denda, namun yang diberikan tidak sesuai,” sambil menatap rerimbunan hutan, dirinya terus bercerita.

Melalui konsep hompongan itu, kedepan Orang Rimba bertekad supaya perambahan dan pembabatan hutan untuk kepentingan ekonomi sesaat dapat diminimalisir, bahkan tidak ada lagi sama sekali. “Ini bukan hanya kepentingan kita saat ini, tapi untuk anak cucu kita nanti,” tegasnya. Sementara itu,Direktur Komunikasi Komunitas Konservasi (KKI) Warsi Jambi, Rudi Syaf menyatakan, keberlangsungan hutan harus terus dipertahankan. Isu kehutanan dan perubahan iklim menjadi isu utama dalam berbagai diskusi terkait pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD). Sekitar 18 persen, hutan berperan menyumbang emisi, akibat alih fungsi lahan dan hutan untuk dijadikan kawasan HTI maupun perkebunan. Bahkan katanya , berdasarkan data setiap tahunnya 13 juta hutan tropis hilang.

“Konsep hompongan yang dibuat Orang Rimba sangat erat kaitannya dengan pengurangan emisi dan perubahan iklim. Apakah hal itu disadari atau tidak disadari oleh Orang Rimba. Namun yang terpenting adalah bagaimana peran yang dilakukan itu mendapat apresiasi,” ungkapnya. Menjadi sebuah tantangan tersendiri menurutnya, karena skema penerapan dan cara kerja REDD yang belum sepenuhnya mengatur hak dan kompensasi penduduk asli yang hidup serta matapencahariannya bergantung pada hutan, seperti halnya Orang Rimba. Perancang REDD harus sepenuhnya meperhatikan memperhatikan hak masyarakat tradisional yang memainkan peran penting dalam proses pengurangan emisi tersebut. “Selama ini belum ada peraturan yang menjamin hak dan imbal balik bagi masyarakat tradisional yang mengelola hutan kecil seperti hompongan tersebut,” kata Rudi.

Pada prinsipnya katanya, lembaga, pemerintah atau masyarakat lokal yang berhasil mencegah deforetasi dan degradasi hutan mendapat insentif dari penerapan REDD, termasuk masyarakat Rimba yang mengelola hompongan. Melalui surat elektronik yang kami kirimkan, Ari Wibowo, Bidang Perlindungan Hutan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan mengatakan,  Prinsip REDD adalah mencegah terjadinya deforestasi dan degradasi hutan serta mendapatkan kompensasi dari berapa besar hutan yang diselamatkan atau dijaga dibandingkan dengan kalau hutan tersebut tidak dijaga (business as usual).  “Sampai saat ini mekanisme REDD yang wajib (compliance) masih dalam tahap pengembangan melalui COP-UNFCCC dan prinsipnya masyarakat lokal tidak dirugikan serta mendapatkan keuntungan dari REDD,” sebutnya.

Sedangkan, besaran  kompensiasi kepada masyarakat lokal belum diatur , karena sistemnya  menurutnya dinegosiasikan dengan pengembang proyek REDD.  Sehingga, masyarakat lokal perlu sosialisasi tentang REDD. Begitupun dengan mekanisme REDD yang hanya memperhitungkan berapa emisi yang bisa diturunkan melalui pencegahan deforestasi dan degradasi. “Jadi tidak memperhitungkan nilai lahan” imbuhnya. Kata dia, pemerintah seharusnya juga  melaksanakan program REDD pada kawasan yang ingin dijaga kelestariannya sebagai hutan. “Yang menjadi isu penting adalah izin kegiatan REDD melekat pada izin yang sudah diberikan pada kawasan tersebut,” jelasnya lagi.

Halasan Tulus, kepala TNBD mengakui, sejauh ini pihaknya belum mendapatkan intruksi langsung dari pemerintah daerah maupun pusat mengenai pelaksanaan progam REDD. Meski demikian, sudah beberapa kali dirinya mendapatkan sosialisasi dari lembaga pecinta lingkungan. Kaitannya dengan hompongan yang berada di TNBD, dirinya mengaku mendukung apa yang dilakukan Orang Rimba untuk mencegah laju perambahan hutan tersebut. Begitupun nantinya jika memang REDD sudah berjalan efektif. “Yang paling penting masyarakat dilibatkan. Kita merancang bersama mekanismenya, termasuklah hompongan yang dikelola Orang RImba,” ujarnya.
Sejauh ini katanya, untuk  hutan yang berada di kawasan TNBD, pihaknya selalu melakukan pengawasan secara intens, dengan melakukan patroli secara rutin, supaya tidak ada pihak yang melakukan perambahan masuk hingga area TNBD.

Meski demikian, keanggotaan yang dimiliki sangat minim yang hanya berjumlah 44 orang, sehingga pihaknya bekerjasama dengan kepolisian kehutanan, masyarakat maupun pecinta lingkungan untuk melakukan pengawasan di kawasan TNBD. Halasan Tulus menegaskan jika sejauh ini tidak ada perusahaan yang overlap melakukan kegiatan hingga ke kawasan TNBD. Namun untuk aktivitas yang dilakukan perorangan dirinya tidak menyangkal masih ada, dengan alasan sulit terpantau. Yang justru perlu dikhawatirkan katanya, orang luar yang memiliki kepentingan ekonomi tinggi, sehingga hutan yang selama ini dijaga, bisa saja terjual. “Hal seperti ini sangat mungkin terjadi. Nominal uang yang cukup banyak terkadang menggiurkan masyarakat tradisional, sehingga hutan sebagai tempat tinggalnya bisa saja dijual,” katanya.
Sementara, kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Kabupaten Batanghari, Suhabli menyatakan, jika Dishut sifatnya hanya sebagai pengawas untuk kawasan yang berada di TNBD. “Untuk kawasan yang berada di TNBD itu ada pengelolanya sendiri, kami hanya sebatas pengawas saja,” ungkapnya.

Sumber : http://www.metrojambi.com/v1/daerah/3880-hompongan-kearifan-lokal-untuk-kearifan-global.html

Quantum learning

Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme).

Power Coercive

Power Coercive (strategi pemaksaan) adalah strategi pemaksaaan berdasarkan kekuasaan merupakan suatu pola inovasi yang sangat bertentangan dengan kaidah-kaidah inovasi itu sendiri. Strategi ini cenderung memaksakan kehendak, ide dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan keadaan serta situasi yang sebenarnya dimana inovasi itu akan dilaksanakan. Kekuasaan memegang peranan yang sangat kuat pengaruhnya dalam menerapkan ide-ide baru dan perubahan sesuai dengan kehendak dan pikiran-pikiran dari pencipta inovasinya.

Apakah Cita - citamu ingin jadi Pemulung?

Nilai  - nilai Pansacila terutama sila ke 5 yaitu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mungkin harus kita garis bawahi dalam topik  kali ini. Keadilan yang dimaksud  bisa dalam bidang hukum, ekonomi, politik, pendidikan dan lain sebagainya. Semua bidang tersebut seharusnya dapat berjalan secara beriringan dan berkesinambungan agar semua rakyat dapat merasakan secara merata, namn setiap ada usaha pasti ada suatu kelemahan yag dialami, salah satunya dari bidang pendidikan.
Pendidikan Wajib Belajar 9 Tahun merupakan suatu tahapan minimal dalam jenjang Pendidikan di Indonesia.
Selama 9 tahun tersebut siswa diharapkan sudah menguasai Ilmu - ilmu yang dapat diterapkan dan diomplementasikan dalam kehidupan. Untuk mencapai tujuan tersebut pasti banyak kendala yang dihadapi, salah satunya adalah tingkat ekonomi suatu peserta didik.
Ekonomi yang kurang pastilah akan membuat seseorang lebih mementingkan  memenuhi kebutuhannya tersebut dari pada harus duduk belajar. Sering kita lihat anak - anak yang seharusnya masih ada dalam bangsu sekolah harus bekerja membantu orang tuanya untuk menyambung hidup. Sangat miris adalah kata yang tepat untuk menggambarkan hal tersebut dimana Anak - anak tersebut yang seharusnya ada di Sekolah menuntut Ilmu untuk masa depannya kelak harus pergi mencari nafkah.
Demikianlah realita pendidikan di Indonesia,  walaupun Kemdikbud sudah membebaskan seluruh biaya sekolah dalam jenjang Dikdas ( SD, MI, SMP, MTs ) tapi mereka harus tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka diluar jam sekolah.

Rambu Solo

Rambu Solo adalah pesta atau upacara kedukaan /kematian. Adat istiadat yang telah diwarisi oleh masyarakat Toraja secara turun temurun. Bagi keluarga yang ditinggal wajib membuat sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi.
Setelah melewati serangkaian acara, si mendiang di usung menggunakan Tongkonan (sejenis rumah adat khas Toraja) menuju makam yang berada di tebing-tebing dalam goa. Nama makamnya adalah pekuburan Londa.
Yang unik dari upacara rambu solo adalah pembuatan boneka kayu yang dibuat sangat mirip dengan yang meninggal dan diletakkan di tebing.Uniknya lagi… konon katanya, wajah boneka itu kian hari kian mirip sama yang meninggal

Ayo Berlatih Membuat Karya Tulis Ilmiyah

Karya ilmiah (bahasa Inggris: scientific paper) adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.

Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.

Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.

Normative-Re-Educative

Normative-Re-Educative (Pendidikan yang berulang secara normatif) Jenis strategi inovasi yang ketiga adalah normatif re-edukatif (pendidikan yang berulang) adalah suatu strategi inovasi yang didasarkan pada pemikiran para ahli pendidikan seperti Sigmund Freud,John Dewey, Kurt Lewis dan beberapa pakar lainnya (Cece Wijaya (1991), yang menekankan bagaimana klien memahami permasalahan pembaharuan seperti perubahan sikap, skill, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia Dalam pendidikan, sebuah strategi bila menekankan pada pemahaman pelaksana dan penerima inovasi, maka pelaksanaan inovasi dapat dilakukan berulang kali. Misalnya dalam pelaksanaan perbaikan sistem belajar mengajar di sekolah, para guru sebagai pelaksana inovasi berulang kali melaksanakan perubahan-perubahan itu sesuai dengan kaidah-kaidah pendidikan. Kecenderungan pelaksanaan model yang demikian agaknya lebih menekankan pada proses mendidik dibandingkan dengan hasil dari perubahan itu sendiri. Pendidikan yang dilaksanakan lebih mendapat porsi yang dominan sesuai dengan tujuan menurut pikiran dan rasionalitas yang dilakukan berkali-kali agar semua tujuan yang sesuai dengan pikiran dan kehendak pencipta dan pelaksananya dapat tercapai
Desentralisasi dan Demokratisasi pendidikan. Pertama, desentralisasi kewenangan di sektor pendidikan. Desentralisasi lebih kepada kebijakan pendidikan dan aspek pendanaannya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Kedua, desentralisasi pendidikan dengan fokus pada pemberian kewenangan yang lebih besar di tingkat sekolah. Konsep pertama berkaitan dengan desentralisasi penyelenggaraan pemerintahan dari pusat ke daerah sebagai bagian demokratisasi. Konsep kedua lebih fokus mengenai pemberian kewenangan yang lebih besar kepada manajemen di tingkat sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Aku tidak punya ruang kelas !

APBN dan alokasi anggaran 20% untuk pendidikan memanglah sangat besar, banyak cara untuk menyalurkan anggaran tersebut untuk pendidikan seperti untuk diklat pendidik dan tenaga kependidikan, pembelian buku sekolah, biaya operasional sekolah, pembangunan infrastruktur pendidikan dan lain sebagainya.
Instansi - instansi Pendidikan yang berada di wilahay  pulau Jawa pasti sudah merasakan anggaran tersebut, tetapi apa yang dirasakan Instansi Pendidikan di daerah terpencil dan pelosok sangat miris untuk diperhatikan.
Kurangnya Buku materi pelajaran, Kualitas pengajar yang tidak pernah didiklat, sarana dan prasarana yang kurang bahkan tidak ada membuat penyelenggaraan Pendidikan dilaksanakan apa adanya. Semangat anak bangsa yag sangat bersemangat dan antusias dalam bekajar tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana yang mencukupi. Ruang kelas yang teduh, nyaman dan menyenangkan adalah impian meraka anak - anak bangsa yang berjuang untuk mendapatkan hak pendidikan dari Negara Indonesia.
Banyak faktor yang mempengaruhi tidak meratanya pembangunan Pendidikan di seluruh penjuru Tanah Air Indonesia, sarana transportasi dan letak geografis yang sangat sulit ditebus membuat pemerataan pembangunan ini terhambat. Kedepannya diharapkan pembangunan infrastruktur bidang apapun harus merata agar pendidikanpun juga bisa dirasakan oleh masyarakat terpencil di seluruh Indonesia.

Rational Empirical

RationalEmpirical (empirik rasional) . Asumsi dasar dalam strategi ini adalah bahwa manusia mampu menggunakan pikiran logisnya atau akalnya sehingga mereka akan bertindak secara rasional. Dalam kaitan dengan ini inovator bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik valid untuk memberikan manfaat bagi penggunanya. Di samping itu, startegi ini didasarkan atas pandangan yang optimistik seperti apa yang dikatakan oleh Bennis, Benne, dan Chin yang dikutip dari Cece Wijaya dkk (1991). Di sekolah, para guru menciptakan strategi atau metode mengajar yang menurutnya sesuai dengan akal yang sehat, berkaitan dengan situasi dan kondisi bukan berdasarkan pengalaman guru tersebut. Di berbagai bidang, para pencipta inovasi melakukan perubahan dan inovasi untukbidang yang ditekuninya berdasarkan pemikiran, ide, dan pengalaman dalam bidangnya itu, yang telah digeluti berbualan-bulan bahkan bertahun-tahun. Inovasi yang demikian memberi dampak yang lebih baik dari pada model inovasi yang pertama. Hal ini disebabkan oleh kesesuaian dengan kondisi nyata di tempat pelaksanaan inovasi tersebut.

Rendahnya Kualitas Guru

Faktor Penyebab Rendahnya Kualitas Guru
Ada beberapa penyebab yang berdampak pada rendahnya kualitas guru/pendidik, antara lain sebagai berikut:
a.       Perbedaan dalam latar belakang pendidikan dan tingkat jabatan
Berhasil tidaknya seorang guru dalam mengajar tergantung pada pandangan terhadap mata pelajaran yang diasuhnya. Kemampuan menerapkan bahan-bahan pelajaran tidak terikat pada buku pelajaran dan metode tertentu. Tetapi juga bahan-bahan itu harus disesuaikan dengan keadaan dan tempat serta latar belakang perkembangan anak.
Jadi latarbelakang pendidikan dan kemampuan guru dalam jabatan untuk melihat tugas, bukan hanya bahan, buku pelajaran, metode dan alat-alat saja yang harus dipersiapkan oleh seorang pendidik, tetapi guru juga harus memiliki relasi antara guru dan murid yang terletak dibalik proses belajar mengajar itu sendiri. Pengetahuan, keterampilan dan sikap menghayati tugas dan tanggung jawab guru seperti yang disebutkan diatas merupakan salah satu pokok masalah yang perlu diperdalam oleh para guru.
b.      Sikap acuh/tidak peduli
Sikap acuh/tidak peduli yang di tunjukkan seorang pendidik contohnya ialah masalah ketidakhadiran guru pada jam yang telah ditentukan. Pada saat sekarang ini biasanya sebab-sebab ketidakhadiran itu bermacam-macam. Misalnya, dikarenakan hal-hal kecil seperti malas, lebih mengutamakan hal pribadi dan lain sebagainya.
Kurangnya persiapan bahan ajar juga merupakan sikap acuh pendidik terhadap perkembangan pengetahuan sisiwa. Sebelum suatu bahan ajar disampaikan pada siswa, tentunya gagasan tersebut telah ada dan sangat dipahami dalam alam pikir seorang guru. Kegiatan awal guru ialah merancang apa-apa yang akan di sajikannya.[1] Oleh karena itu lah keberhasilan proses belajar mengajar memerlukan keterampilan guru dalam berbicara di depan kelas.
Seorang guru juga harus memiliki strategi pengajaran seperti penetapan komponen-komnponen utama agar penyajiannya dapat mencapai sasaran dan mampu dipahami siswa dengan baik.
c.       Gaji guru
Secara kualitatif adalah sangat riskan bagi pembangunan bangsa, jika gaji guru sangat rendah sehingga memaksa mereka juga pegawai negeri di instansi lainnya untuk mencari pendapatan tambahan,sekedar untuk dapat bertahan hidup. Dengan gaji yang rendah, guru tidak memiliki motivasi mengajar yang memadai dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya yang berat. Dampaknya dapat kita lihat dari rendanhya mutu pendidikan.[2]
Hal ini membuat seorang pendidik tidak hanya terfokus pada satu pekerjaan saja, akan tetapi ia harus mampu membagi waktu antara profesinya sebagai guru dengan pekerjaan sampingannya. Sehingga pendidik kurang mempersiapkan bahan ajar  yang akan ia sampaikan pada murid-muridnya dan ia tidak memahami keseluruhan dari materi yang telah ditentukan dalam kurikulum.


d.      Gagap beradaptasi
Kualitas guru-guru di Indonesia seperti ”hidup segan mati tak mau” dan pada saat ini kualitas guru berada dalam titik ”rendah”. Para guru tidak hanya gagap dalam beradaptasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan fenomena sosial kemasyarakatan, tetapi  juga terjebak dalam kebiasaan menjadi ”robot” kurikulum pendidikan.
Gagap beradaptasi juga dapat dikatakan sebagai faktor penyebab rendahnya kualitas guru dikarenakan ia tidak mampu menyesuaikan diri dengan siswa-siswanya.

Sumber : http://www.asraraspia.web.id/2014/03/penyebab-rendahnya-kualitas-guru.html
Gedung Sekolah Dasar (SD) Pandansari 1 yang ada di lereng Gunung Slamet, tepatnya di Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Rabu (12/2) sekitar pukul 04.00 WIB ambruk. Akibatnya, sebanyak 250 siswa sekolah tersebut terpaksa belajar secara bergantian.

Informasi yang diperoleh merdeka.com, bangunan yang ambruk merupakan ruang guru yang berukuran 5 x 7 meter persegi. Kondisi ruang tersebut sebelumnya telah retak-retak pasca terjadinya gempa Kebumen pada 25 Januari 2014 lalu.

"Ruang guru sudah sempat dikosongkan karena kondisinya membahayakan pasca gempa bumi yang berpusat di Kebumen beberapa waktu lalu," kata Sekretaris Kecamatan Paguyangan, Rohman saat ditemui di lokasi kejadian, Selasa (12/2).

Ruang guru tersebut sudah ambruk dengan seluruh bagian atap runtuh sehingga kondisinya porak poranda. Selain itu beberapa ruang kelas sudah dikosongkan, seperti ruang Kelas I, Kelas II dan Kelas III yang merupakan satu bangunan.

Tidak ada korban jiwa pada peristiwa tersebut, namun dampaknya siswa kini harus belajar dengan cara bergantian. Sebagian masuk pagi dan sebagian lagi masuk siang karena ruang belajar tidak mencukupi. Kerugian akibat peristiwa itu diperkirakan mencapai lebih dari Rp 100 juta.

Kejadian itu kini telah dilaporkan ke Pemkab Brebes melalui dinas terkait, diharapkan segera ada penanganan agar kegiatan belajar mengajar di SD yang terletak di dataran tinggi Gunung Slamet itu tidak terganggu.

"Kami sudah meninjau dan juga melaporkan ke Bupati agar secepatnya ada penanganan," pungkasnya.

Nilai Merah Pendidikan di Indonesia

Realitas Pendidikan di Indonesia Dari Masa ke Masa., Dalam sejarah perjalanan bangsa ini, sejak Indonesia belum merdeka hingga pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945, banyak sekali persoalan yang dihadapi bangsa ini khususnya masalah pendidikan. Sebelum bangsa ini merdeka, ketika masih dibawah penguasaan bangsa asing, baik pada waktu masa penjajahan belanda maupun jepang, konsep pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan karena mengikuti kepentingan para penjajah. Pada masa penjajahan Negara barat, pendidikan di Indonesia mengalami nilai kemerosotan dimana mereka dididik untuk mengabdi kepada kolonialisme yang menjadi kepentingan mereka. Bangsa ini kemudian di tindas dengan sedemikian rupa. Hal tersebut merupakan bagian dari pembodohan terhadap bangsa sendiri sebab konsep yang dijadikan dalam pendidikan tersebut tidak menjadikan bangsa ini cerdas, kritis terhadap persoalan yang dihadapi. Pada masa kolonialisme, bangsa ini tidak diberikan ruang untuk belajar maupun membaca, hal tersebut merupakan tujuan dari para kolonialisme untuk membuat bangsa ini menjadi pengikut yang patuh dan setia terhadap para penjajah, bodoh, dan mudah di ekspkoitasi tanpa adanya pemberontakan. Inilah sebuah realitas pendidikan sejarah dimasa kolonialisme bagaimana bangsa ini menjadi bangsa yang buta akan pendidikan. Pada masa pemerintahan Soekarno pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan dimana pendidikan di waktu itu sangat diberi ruang kebebasan, yang terkonsep berasaskan sosialisme yang menjadi rujukan dasar bagaimana pendidikan akan dibentuk, dijalankan sedemikian rupa demi pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia di masa mendatang. Hal ini menjadi sangat penting bagaimana pendidikan itu seyogyanya membutuhkan ruang kebebasan, dalam mengenyam suatu pendidikan tanpa adanya perbedaan status maupun latar belakang sosial keluarga yang meliputi kondisi perekonomian masyarakat. Masyarakat yang maju merupakan cermin kemajuan bangsa itu sendiri. Lengsernya Soekarno dari tampuk kepemimpinan kekuasaan yang kemudian digantikan oleh rezim berkuasa Soeharto dimana tidak ada lagi ruang sedikit pun bagi berkembangnya keragaman pikiran, ideologi, budaya, suara, hingga tindakan selama masa orde baru berkuasa. Terbatasnya ruang untuk menyatakan aspirasi (berpendapat) di bawah tampuk kepemimpinan orde baru merupakan ciri sistem pendidikan yang tidak relevan, mengingat pendidikan merupakan hak suatu bangsa yang di dalamnya terdapat garis-garis besar kebebasan dalam mengenyam suatu pendidikan yang bebas dan terbuka tanpa adanya sebuah paksaan. Dalam masa reformasi pun terjadi perubahan-perubahan kebijakan pendidikan diantaranya pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas tinggi, meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga pendidik, pembaruan sistem pendidikan, hingga meningkatkan kualitas pendidikan pendidikan dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dinamika-dinamika kebijakan terus terjadi dalam sistem pendidikan di Indonesia saat ini, kita lihat banayk sekali angka harapan anak yang putus sekolah akibat beban perekonomian keluarga yang kurang, juataan penduduk Indonesia yang buta aksara juga ikut pada penurunan kualitas pendidikan Indonesia saat ini. Pemerintah dalam hal ini masih mendapat nilai merah untuk menuntaskan realita-realita nyata kehidupan bangsa ini dimana pendidikan hanya dijadikan sebagai politik untuk menarik simpati masyarakat, bukan sebagai suatu kebijakan yang harus di gembleng dalam mewujudkan Indonesia yang maju dan berkualitas. Problematika Persoalan Pendidikan di Indonesia., Pendidikan merupakan hal yang penting dalam pembangunan bangsa, karena tanpa pengetahuan sebuah negara tak akan berkembang dan maju. Namun kenyataanya tidak semua rakyat Indonesia dapat menikmati pendidikan sebagaimana mestinya. Hal tersebut disebabkan banyaknya problematika pendidikan yang sangat komplek, seperti angka putus sekolah yang tinggi. Pendidikan di Indonesia juga menghadapi berbagai permasalah lain, mulai dari buruknya infrastruktur hingga kurangnya mutu penddikan guru. Masalah utama pendidikan di Indonesia adalah kualitas guru yang masih rendah, kualitas kurikulum yang belum standar, dan kualitas infrastruktur serta fasilitas yang belum memadai. Dalam dunia pendidikan, guru menduduki posisi tertinggi dalam hal penyampaian informasi dan pengembangan karakter mengingat guru melakukan interaksi langsung dengan peserta didik dalam pembelajaran di ruang kelas. Disinilah kualitas pendidikan terbentuk dimana kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru ditentukan oleh kualitas guru yang bersangkutan. Kurikulum pendidikan di Indonesia juga menjadi masalah yang harus diperbaiki. Hal tersebut karena kurikulum di Indonesia hampir setiap tahun mengalami perombakan dan belum adanya standar kurikulum yang efektif digunakan dalam skala berkelanjutan. Hal ini menjadi suatu langkah progres bagaimana pemerintah berkewajiban untuk membuat langkah-langkah strategis dalam mengatasi permasalahan ini. Dimana harus menentukan pengkajian kurikulum yang berkelanjutan tanpa harus terjadi perubahan-perubahan yang dapat mengakibatkan mutu pembelajaran yang kurang maksimal. Mengingat sering adanya perubahan kurikulum pendidikan akan membuat proses belajar mengajar terganggu. Karena fokus pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan berganti mengikuti adanya kurikulum yang baru. Terlebih jika inti kurikulum yang digunakan berbeda dengan kurikulum lama sehingga mengakibatkan penyesuaian proses pembelajaran yang cukup lama. Dari dulu hingga sekarang masalah infrastruktur pendidikan masih menjadi permasalahan bagi pendidikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih banyaknya sekolah-sekolah yang belum menerima bantuan untuk perbaikan sedangkan proses perbaikan dan pembangunan sekolah yang rusak atau tidak layak dilakukan secara sporadis sehingga tidak kunjung selesai. Selain itu fasilitas yang tidak lengkap juga menjadi masalah dalam pendidikan di Indonesia, mengingat fasilitas merupakan sarana kegiatan belajar pendukung (pelengkap) berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif, seperti tidak adanya perpustakaan yang menjadi sumber pembelajaran ekstra untuk meningkatkan membaca pada anak didik. Beban biaya pendidikan yang dari tahun ke tahun semakin mahal, ditambah kondisi perekonomian yang sulit menjadi penghambat pendidikan di Indonesia, mengingat banyaknya jutaan anak yang putus sekolah karena mahalnya biaya pendidikan yang sulit sekali diimbangi dengan kondisi sosial perekonomian mereka. Bantuan Operasional Sekoloah (BOS) yang merupakan bantuan operasional berupa penggratisan biaya SPP masih belum terlaksana dengan baik, banyak pelaku-pelaku kecurangan dalam pengurusan dana tersebut, seperti korupsi dana pendidikan. Rendahnya kesejahteraan guru juga merupakan suatu hambatan dalam permasalahan pendidikan, sehingga mempengaruhi kualitas pembelajaran pendidikan di sekolah-sekolah. Inilah yang menjadi raport merah bagi pemerintah dalam mengatasi persoalan pendidikan di negeri ini agar terjamin kualitasnya. Mengingat pentingnya pendidikan sebagai upaya untuk memajukan bangsa. Peran pemerintah sangat di perlukan dalam membangun kembali fungsi pendidikan di Indonesia untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Solusi Permasalahan Sistem Pendidikan di Indonesia., Melihat begitu banyaknya masalah pendidikan di Indonesia maka dibutuhkan solusi yang tepat untuk mengatasinya. Solusi yang dapat membatu pemerintah untuk meringankan beban pendidikan di Indonesia. Untuk membatu mengatasi masalah pendidikan dibutuhkan adanya lembaga yang membantu pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan, menjaring kerjasama untuk memperoleh dana pendidikan, dan menggalang dukungan untuk pendidikan yang lebih baik. Lembaga perantara tersebut bekerjasama dengan pemerintah, pihak swasta, dan kelompok masyarakat untuk bersama-sama memberbaiki kualitas pendidikan di Indonesia mengingat tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama. Dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan. Dalam meningkatkan mutu pendidikan, lembaga tersebut melakukan pendampingan kepada guru-guru di Indonesia dan pemberian apresiasi lebih kepada guru-guru kreatif. Pendampingan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan profesionalitas, kreatifitas, dan kompetensi guru dengan model pendampingan berupa seminar, lokakarya, konsultasi, pelatihan dan praktek. Pendampingan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan yang didukung oleh pemerintah dan pihak terkait. Lembaga tersebut juga memediasi masyarakat, pendidik, dan pihak terkait lainnya untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah dalam memperbaiki kurikulum pendidikan. Diharapkan dengan adanya lembaga ini, ide-ide kreatif untuk memperbaiki kurikulum pendidikan dapat tertampung dan pemerintah dapat mempertimbangkan ide masyarakat untuk kebijakan yang dibuat. Dalam meningkatkan kemampuan kepemimpinan guru, kepala sekolah, dan pengelola sekolah, lembaga tersebut melakukan pendampingan guna mewujutkan manajemen sekolah yang baik. Proses yang dilakukan berupa konsultasi, lokakarya, dan pelatihan ditunjukan kepada guru, staf dan pimpinan sekolah. Pihak manajemen sekolah diharapkan mampu membawa sekolah yang dipimpinnya untuk berkembang dan meraih prestasi yang diharapkan. Lembaga perantara tersebut juga berperan membantu manajemen sekolah untuk mengembangkan kerjasama dengan instansi-instansi terkait guna memperoleh dana pengembangan infrastruktur sekolah.Tidak hanya itu, lembaga tersebut juga dapat menggalang dana dari sponsor untuk perbaikan bangunan sekolah yang hampir rusak di wilayah terpencil. Dukungan masyarakat, lembaga sosial, dan lembaga pers memiliki fungsi dalam meningkatkan pemahaman pentingnya pendidikan melalui penyebaran informasi. Oleh karena itu, lembaga tersebut mempunyai tugas untuk meningkatkan dukungan tersebut dengan cara bekerja sama dengan pihak masyarakat, lembaga sosial, dan pers. Dengan demikian informasi seputar perbaikan mutu pendidikan di Indonesia dapat tersalurkan dengan mudah.
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. fdsfs - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger